Sumber foto: Inside RGE
|
Sebagai pengusaha, sosok Sukanto Tanoto bisa menjadi panutan. Selain piawai dalam bisnis, ia juga punya kepedulian tinggi terhadap kelestarian alam. Hal ini yang menjadi sejumlah perusahaan Sukanto Tanoto mampu berkiprah aktif dalam upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan di Indonesia. Sebuah hal yang telah terbukti memberi dampak positif dalam lima tahun terakhir.
Sukanto Tanoto ialah pendiri sekaligus Chairman Royal Golden Eagle (RGE). Perusahaannya merupakan korporasi kelas internasional yang berkiprah dalam pemanfaatan sumber daya alam. Beroperasi di Asia Tenggara, Cina, India, hingga Brasil, RGE berhasil membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu karyawan. Aset yang mencapai lebih dari 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS) juga menjadikannya sebagai salah satu kebanggaan Indonesia di dunia bisnis.
Dalam membesarkan perusahaannya, Sukanto Tanoto memegang prinsip unik. Ia memberi arahan dengan menggagas filosofi bisnis yang dikenal sebagai prinsip 5C. Bagi perusahaan Sukanto Tanoto, itu menjadi panduan operasional kerja.
Sukanto Tanoto mewajibkan perusahaannya untuk selalu menghadirkan hal baik bagi Community (Masyarakat), Country (Negara), Climate (Iklim), Customer (Konsumen), dan Company (Perusahaan). Arahan tersebut bukan sekadar slogan. RGE dan perusahaan-perusahaan di bawah naungannya menjalankannya secara nyata.
Salah satu buahnya ialah keberhasilan dalam menggelar program pencegahan kebakaran lahan dan hutan yang konsisten. Hal tersebut merupakan perwujudan konkret untuk memberi dampak positif terhadap iklim.
Bukan rahasia lagi, kelestarian alam saat ini berada dalam bahaya. Kerusakan lingkungan terjadi di mana-mana. Dampak fenomena tersebut mulai terasa. Pemanasan global hadir dan memicu serangkaian bencana alam dan ketidakstabilan cuaca.
Banyak penyebab kerusakan alam yang terjadi. Salah satu yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia adalah kebakaran lahan dan hutan. Kejadiannya nyaris terjadi setiap waktu. Sampai-sampai api yang melalap rimba dan area di sekitarnya bagai rutinitas tahunan.
Tidak usah ditanya tentang kerugiannya. Banyak sekali. Mulai dari kerugian material hingga nonmaterial, kebakaran lahan dan hutan jelas memberikan dampak negatif yang sangat besar.
Melihat kondisi mengenaskan tersebut, salah satu perusahaan Sukanto Tanoto, APRIL Group segera mengambil langkah nyata. Mereka ingin menghentikan kebakaran yang terus terjadi. Pada akhirnya, tekad tersebut diwujudkan dalam pengguliran Program Desa Bebas Api.
Inisiatif ini merupakan terobosan penting dalam manajemen kebakaran lahan dan hutan. APRIL mampu mengubah paradigma penanganannya. Dari sebelumnya bersifat reaktif, dalam Program Desa Bebas Api, pengelolaan api dan risikonya ganti ditekankan ke upaya preventif. Perusahaan Sukanto Tanoto itu berusaha mencegah agar api tidak berkobar liar.
Bagaimana caranya? APRIL sadar langkah pencegahan kebakaran tidak bisa dilakukan secara terpisah-pisah. Semua pihak mulai dari masyarakat, swasta, pemerintah, dan pemangku kepentingan lain harus ikut aktif berperan serta. Mereka diajak untuk berkolaborasi dalam menjaga agar kebakaran tidak terjadi.
APRIL memulainya pada tahun 2014 dengan program uji coba. Ketika itu, ada empat desa di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, yang menjadi pionir yakni Desa Sering, Pulau Muda, Teluk Meranti, dan Teluk Binjai. Masyarakat di sana disemangati dan didukung untuk mengamankan wilayahnya dari bahaya kebakaran.
Salah satu dukungan yang unik adalah pemberian insentif. Dana senilai Rp100 juta akan diberikan oleh perusahaan Sukanto Tanoto ke desa yang berhasil menjaga wilayahnya bebas dari kebakaran dalam waktu setahun. Namun, hadiah tidak diberikan dalam bentuk uang tunai, melainkan berwujud pembangunan infrastruktur yang bermanfaat untuk umum seperti jalan, jembatan, atau sarana kesehatan.
Terobosan tersebut rupanya berhasil. Masyarakat tergerak dan sadar menjaga wilayahnya dari api. Akibatnya, tingkat kebakaran lahan dan hutan di empat desa tersebut menurun drastis. Hal tersebut terbukti dari data yang dipaparkan oleh APRIL. Sejak Program Desa Bebas Api bergulir, wilayah yang terbakar di sana menurun dari 97 hektar menjadi 15,8 hektar.
PENCAPAIAN SETENGAH DEKADE
Sumber foto: Inside RGE |
Tahun 2019 ini, Program Desa Bebas Api tetap berjalan lancar. Dengan dukungan berbagai pihak, APRIL berhasil mengembangkan kegiatan menjadi lebih besar. Para mitra pun bertambah sehingga jangkauan program bertambah luas.
Sebagai contoh Asian Agri. Perusahaan Sukanto Tanoto yang bergerak di sektor kelapa sawit ini juga ikut menggulirkan Program Desa Bebas Api. Bukan hanya itu, badan lain seperti Pemerintah Daerah, Kepolisian, Militer, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat sampai berpartisipasi.
Ini hanya sebagian bukti keberhasilan Program Desa Bebas Api. Dalam setengah dekade, banyak sekali pencapaian yang telah diraih. Beberapa di antaranya patut mendapat garis besar seperti hal-hal berikut ini:
Desa yang Berpartisipasi
Masyarakat merupakan pihak terpenting dalam Program Desa Bebas Api. Oleh karenanya, jumlah desa yang berpartisipasi amat krusial bagi perluasan kegiatan. Beruntung jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu.
Sesuai catatan RGE, sampai saat ini telah ada 27 desa yang ikut serta dalam Program Desa Bebas Api. Jumlah ini meningkat drastis dari awal mula kegiatan yang hanya mencakup empat desa.
Lahan dan Hutan yang Dilindungi
Peningkatan jumlah desa yang berpartisipasi otomatis diikuti oleh kenaikan lahan dan hutan yang dilindungi. Pada awalnya, Program Desa Bebas Api hanya mencakup lahan sekitar 350 ribu hektar. Namun, saat ini jumlah area yang terlindungi sudah bertambah secara signifikan.
Menurut catatan APRIL, hingga kini ada 622.112 hektar area yang tercakup. Luas ini hampir dua kali lipat dari awal Program Desa Bebas Api saat masih berupa program uji coba.
Area yang Terbakar
Tujuan utama perusahaan Sukanto Tanoto dalam menggulirkan Program Desa Bebas Api adalah mencegah kebakaran. Tampaknya target tersebut tercapai. Secara umum terdapat penurunan kebakaran di wilayah desa-desa yang berpartisipasi.
Pada tahun 2014 misalnya. Lahan yang terbakar ditaksir seluas 15,8 hektar. Sebelumnya ada lahan seluas 94 hektar yang terbakar. Jadi, jumlah itu cuma 0,18 persen dari total area yang tercakup dalam kegiatan.
Hal serupa terus berlanjut seiring dengan perluasan area. Menurut catatan RGE, tahun 2018 hanya ada 0,02 persen lahan dan hutan yang terbakar. Hal tersebut bisa terjadi karena 23 dari 27 desa yang berpartisipasi tidak mengalami kebakaran.
Jumlah Masyarakat Peduli Api
Program Desa Api sejatinya terbagi menjadi tiga tahap. Pertama akan dibentuk Masyarakat Sadar Api. Di sini perusahaan Sukanto Tanoto beserta mitra menanamkan edukasi bahaya api terhadap bahaya api.
Sesudahnya desa diarahkan untuk masuk ke tahap Desa Bebas Api. Selama dua tahun, perusahaan Sukanto Tanoto akan mendukung desa untuk menjaga wilayahnya aman dari api. Dalam periode ini, pemberian insentif dilakukan kepada desa yang berhasil.
Namun, ujung dari semua program adalah pembentukan Masyarakat Peduli Api. Dalam fase ini, masyarakat dinilai sudah sadar bahaya api dan secara aktif melakukan pencegahan secara mandiri. Meski begitu, dukungan tetap diberikan agar lahan tidak terbakar.
Hingga akhir 2018, jumlah desa yang masuk kategori ini mencapai 18 desa. Jumlah ini sangat menggembirakan karena bisa terbentuk dalam lima tahun kegiatan berjalan.
Seperti itulah pencapaian Program Desa Bebas Api sejauh ini. Terlihat nyata, arahan Sukanto Tanoto berdampak besar. Perusahaannya aktif menjaga kelestarian alam dengan beragam cara. Salah satunya melindungi lahan dan hutan dari kebakaran.