Dengan Teori Habibie maka letak keretakan yang terjadi pada pesawat bisa diprediksi. Inilah yang dikenal sebagai crack propagation point yang membuat Habibie juga mendapat julukan Mr. Crack.
Berkat teori ini pula, pesawat di dunia bisa lebih hemat bahan bakar dan naiknya standar keamanan pesawat.
Teori dan penemuannya di bidang konstruksi pesawat tidak hanya Teori Habibie. Faktor Habibie dan Metode Habibie juga merupakan penemuannya yang penting.
Lalu pesawat apa saja yang berhasil dibangun BJ Habibie di Indonesia?
1. Pesawat CN 235
BJ Habibie mengembangkan pesawat CN 235 sejak 1979. pesawat bermesin turbopop ini bisa mengangkut 35 penumpang.
Selain CN-235 juga diproduksi pesawat Cassa NC-212 dan berbagai jenis helikopter.
Pesawat CN-235 diekspor ke berbagai negara seperti Nepal, Senegal, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Turki dan Uni Emirat Arab dengan total produksi 431 pesawat dimana 48 unitnya di ekspor.
2. Pesawat N-250
Pesawat Nusantara 250 merupakan pesawat sipil yang dirancang oleh PT Dirgantara Indonesia. BJ Habibie lah yang mengepalai tim pembuatan pesawat ini setelah ia dipanggil pulang oleh Presiden Soeharto.
Pesawat ini mulai diluncurkan tahun 1995. Dari empat pesawat yang direncanakan, baru terealisasi 2 pesawat. Produksi pesawat terhenti karena krisis ekonomi 1997-1998.
Pesawat yang berhasil dibuat adalah Gatot Kaca yang terbang perdana 10 Agustus 1995 dan Krincing Wesi 68 penumpang pada 19 Desember 1996.
Pesawat R-80
BJ Habibie bersama putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie mendirikan PT Regio Aviasi Industri (RAI). Perusahaan inilah yang memproduksi RAI R80 yang disebut lanjutan N250.
Pesawat R-80 terbang perdana pada 2017 lalu. Walau masih berstatus rancangan, tetapi pesawat yang bisa mengakses bandara kecil ini, sudah terjual 155 unit.